Jumat, 31 Oktober 2014

Resensi Novel "Rindu" - Tere Liye

 “Lima Kisah dalam Satu Perjalanan Kerinduan”
10300284_797460943637809_1335372087822917445_n.jpg
 


Identitas Buku
Judul Novel     : Rindu
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : REPUBLIKA
Cetakan I        : Oktober 2014
Tahun Terbit    : 2014
Ukuran buku   : 13,5 cm x 20,5 cm
Isi                    : 544 halaman

Singkat saja, seperti judulnya. “Rindu”. Sebuah novel yang menawan. Tidak banyak judul buku yang ditulis hanya dengan satu kata saja. Satu kata yang melahirkan berjuta cerita. Tere Liye berhasil menyusunnya menjadi mahakarya yang luar biasa. Sebagaimana karya-karya sebelumnya, buah pena Tere Liye yang terbaru ini mampu mengajak pembaca seolah mengalami sendiri kisah yang dituangkannya dalam novel setebal 544 halaman ini. Dan hal terpenting, juga masih seperti karya-karya sebelumnya, bahasa yang digunakan Tere Liye sederhana saja, mengalir apa adanya.
Rindu. Sebuah novel yang mengkisahkan tentang perjalanan panjang ribuan jama’ah haji Nusantara menuju tanah suci yang dirindukan jutaan ummat Islam di dunia. Makkah al Mukarromah. Ada yang istimewa dalam perjalanan suci ini. Perjalanan panjang yang  membutuhkan waktu 9 bulan dengan perjalanan laut ini, menyimpan berjuta cerita. Inilah kisah tentang perjalanan. Dan sebagaimana lazimnnya        sebuah perjalanan, selalu disertai dengan pertanyaan-pertanyaan.
Tere Liye dengan apik mengemas lima pertanyaan sekaligus, dalam satu cerita. Lima misteri yang diraciknya dalam satu kesatuan kisah yang istimewa.
SINOPSIS:
Cerita ini bermula di suatu pagi di penghujung tahun 1938, jauh sebelum Indonesia merdeka. Tepatnya tanggal 1 Desember 1938, bertepatan dengan 9 Syawal 1357 H. Sebuah kapal uap  kargo terbesar buatan Eropa di zaman itu, berlabuh dengan anggun di pelabuhan Makasar, siap mengantar rombongan jama’ah haji menyebrangi samudera luas, menuju tanah kelahiran Nabi Agung yang mulia. Ada lima pertanyaan yang dibawa oleh lima penumpang dalam Kapal Blitar Holland menuju perjalanan haji tersebut.

Pertanyaan Pertama. Takdir mengguratkan, pertanyaan pertama yang muncul adalah dari seorang perempuan berusia empat puluh tahun, seorang guru mengaji anak-anak. Wanita cantik keturunan China yang lebih akrab dengan panggilan Bonda Upe. Namun, di balik keceriaannya di hadapan anak-anak saat mengajar mengaji, ia ternyata menyimpan sebuah rahasia yang amat besar. Kisah tentang masa lalu yang ingin ia lupakan selamanya.
Karena ulah ayahnya yang suka berjudi, selama lima belas tahun ia harus menjalani kehidupan sebagai seorang cabo di Macao Po, salah satu tempat paling nista di seluruh Batavia. Bertahun-tahun ia menjalani kehidupan yang sangat hina itu. Sampai pada suatu hari Macao Po ditutup karena sebuah peristiwa penting. Tempat nista itu ditutup untuk selamanya.
Setelah berhasil keluar dari tempat  itu, Upe kembali ke Manado. Memulai kehidupan yang lebih baik bersama suaminya. Setelah beberapa tahun pernikahan, keduanya memutuskan untuk melakukan perjalanan suci, menunaikan ibadah haji. Pada suatu hari di atas kapal, akhirnya Upe memutuskan untuk menceritakan kegelisahan hatinya pada seseorang yang sangat ia percaya.
Ahmad Karaeng, yang lebih akrab dengan sebutan Gurutta. Beliau juga salah satu penumpang dalam perjalanan haji tersebut. Guruttta merupakan salah seorang ulama termasyhur di zaman itu. Jalannya masih kokoh untuk seseorang yang berusia tujuh puluh lima tahun. Dalam darahnya mengalir darah paling terkenal di Sulawesi, Sultan Hasanuddin. Tak terbilang betapa banyak ilmu agama yang telah dikajinya. Beliau telah menimba ilmu agama sampai ke negeri Yaman, Damaskus, juga Eropa bertahun-tahun lamanya.
“Aku adalah bekas seorang cabo, Gurutta. Lima belas tahun lebih aku menjadi pelacur. Sekuat apa pun aku melawan ingatan itu, aku tidak bisa. Di kepalaku masih membekas wajah-wajah pengunjung Macao Po. Aku tidak bisa mengenyahkan kenangan itu Gurutta. Bagaimana kalau anak-anak tahu kalau guru mengajinya bekas cabo? Apakah Allah akan menerimaku di tanah suci? Apakah perempuan hina sepertiku berhak menginjak Tanah Suci? Apakah Allah akan menerimaku?” Satu pertanyaan terkuak sudah.

Pertanyaan kedua. Pemilik pertanyaan kedua dalam perjalanan ini adalah Daeng Andipati, seorang ketua rombongan asal Makassar. Saudagar kaya raya yang baik hati dan disegani masyarakat. Ia berangkat dari pelabuhan Makassar bersama isteri dan dua putrinya yang periang dan menggemaskan. Anna dan Elsa. Daeng Andipati memiliki semua hal yang lebih dari cukup untuk membuat semua orang menyimpulkan bahwa dialah pemilik kebahagiaan yang sesungguhnya. Harta dan kekayaan, martabat, kehormatan, keluarga kecil yang bahagia. Namun, seringkali orang-orang hanya melihat kulit luarnya saja. Jauh di dalam hati Daeng Andipati, ia justru menyimpan sebuah pertanyaan besar. “Semua orang selalu punya masalah dalam hidupnya. Apakah aku bahagia?”
Setelah sekian lama Daeng Andipati menyimpan rapat-rapat pertanyaan besar dalam hatinya, pada hari itu, ia memutuskan untuk menyampaikannya pada seseorang yang dianggapnya tepat. Sekali lagi pilihan jatuh pada Gurutta.
“Apakah aku bahagia Guruttta? Aku memang memiliki semuanya, harta benda, nama baik, pendidikan, bahkan istri yang cantik, anak-anak yang pintar dan menggemaskan. Semua orang mungkin bersedia menukar hidupnya dengan apa yang kumiliki. Tapi mereka tidak tahu, aku justru kehilangan hal terbesar dalam hidup ini. Apakah aku bahagia? Hidupku dipenuhi kebencian, Guruttta. Sejak usia lima belas hatiku sudah terbakar amarah dendam. Apa sebenarnya cinta sejati itu? Sedangkan aku sangat membenci orang yang seharusnya ku cintai”. Pertanyaan kedua lahirlah sudah.

Pertanyaan ketiga. Salah satu tokoh yang juga membawa pertanyaan di kapal itu adalah Mbah Kakung. Beliau mengikuti perjalanan haji bersama isterinya tercinta, Mbah Putri. Usia keduanya jauh lebih tua dari Gurutta, namun semangat dan rasa cinta antara keduanya sangat luar biasa. Kemesraan yang masih terjaga hingga usia senja, mampu menginspirasi semua orang, bahwa seperti itulah cinta sejati. Tak kan pernah berubah sedikit pun. Semenjak menikah dulu, keduanya bertekad untuk menabung, agar dapat menunaikan ibadah haji bersama. Jika tabungan mereka cukup, suatu hari nanti, mereka akan naik haji bersama.
Setelah enam puluh tahun menikah dan dikaruniai 12 orang anak, akhirnya keinginan mulia mereka sudah di depan mata. Setelah mengumpulkan uang, sen demi sen, setelah sekian tahun lamanya. Akhirnya Allah memeluk mimpi mulia keduanya. Mbah Kakung dan Mbah Putri akan naik haji bersama. Menatap ka’bah bersama, sebelum maut menjemput. Siapapun pasti terharu melihat  bukti cinta yang besar di antara keduanya.
Namun Allah berkehendak lain. Dalam perjalanan menuju Tanah Suci, Allah terlebih dahulu memanggil Mbah Putri. Beliau meninggal dalam perjalanan, sebelum terwujud keinginannya menginjakkan kaki di Kota Makkah. Hal ini membuat Mbah Kakung sangat terpukul. Berhari-hari ia murung dan enggan untuk makan, walau sesuap nasi saja. Sepanjang hari ia hanya memikirkan Mbah Putri. “Kenapa harus terjadi sekarang, Gurutta?  Kenapa harus ketika kami sudah sedikit lagi menginjakkan kaki di Tanah Suci? Kenapa harus ada di atas lautan ini? Tidak bisakah ditunda barang satu-dua bulan? Atau, jika tidak bisa selama itu, bisakah ditunda hingga kami tiba di Tanah Suci, sempat bergandengan tangan melihat Masjidil Haram. Kenapa harus sekarang? Pun pertanyaan ketiga dalam perjalanan ini, terungkap sudah.

Pertanyaan keempat. Ambo Uleng lah pemilik pertanyaan selanjutnya. Ia adalah seorang kelasi kapal yang sangat pendiam. Tidak banyak ia bertutur kata, hanya sebutuhnya saja. Namun di balik diamnya, ia menyimpan sebuah cerita. Satu-satunya alasan ia ikut berlayar dalam perjalanan haji itu bukan karena ia hendak menunaikan ibadah haji sebagaimana penumpang lainnya. Ia hanya ingin pergi menjauh. Meninggalkan kota Makassar sejauh-jauhnya. Karena di tempat itulah ia meninggalkan seseorang yang sangat dicintainya.
Kisah kehilangan kekasih sejati, bahkan sebelum ia sempat memilikinya. Seseorang yang diam-diam ia cintai sejak usianya masih belia, ternyata sudah dijodohkan dengan orang lain. Betapa hancur hatinya ketika mendengar jawaban dari ibu gadis itu, saat ia memberanikan diri untuk meminang gadis yang dicintainya. Bahwa putrinya telah dijodohkan dengan orang lain. Selama perjalanan haji itu, Ambo lah tokoh yang dikisahkan paling murung. Ada kabut kesedihan yang tampak jelas setiap kali melihat bola matanya.
“Apa sebenarnya cinta sejati itu? Apakah besok lusa aku akan berjodoh dengan gadis itu? Apakah aku masih memiliki kesempatan?” Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepada Ambo. Pergi menjauhi gadis itu tak lantas membuatnya lupa akan pahitnya kisah asmara yang harus dijalaninya. Yang ada, ia semakin dihantui rasa gelisah yang tak kian mereda. Pertanyaan keempat telah genap diungkap.
Pamungkas dari semua kisah. Pertanyaan kelima. Dan uniknya, pertanyaan kelima dalam perjalanan ini justru muncul dari seseorang yang selama ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Gurutta adalah sang pemilik pertanyaan yang sesungguhnya.
Ada gelisah yang selama ini menggelayuti hatinya. Mungkin ialah bagian paling munafik dalam seluruh cerita. Bagaimana ia menulis sebuah buku yang membuat jutaan pembacanya tergerak hatinya, jika ia sendiri tidak tergerak? Bagaimana ia bicara tentang perlawanan, tapi ia sendiri adalah pelaku paling pengecut? Ia yang selalu pandai menjawab pertanyaan orang lain, tapi dia tidak pernah bisa menjawab pertanyaan diri sendiri. Seorang yang selalu punya kata bijak untuk orang lain, tapi dia tidak pernah bisa bijak untuk dirinya sendiri. Dan pertanyaan kelima, terkuak sudah.

Kelebihan Isi novel
Terlepas dari lima pertanyaan itu, di bagian akhir cerita, Tere liye dengan piawai memberikan bumbu-bumbu penyedap pada masing-masing kisah. Ada kejutan tak terduga yang ia selipkan pada setiap akhir cerita. Pun cara penulis dalam menjawab rasa penasaran para pembacanya, sangat mempesona. Penulis mengungkap jawaban dari pertanyaan demi pertanyaan dengan runtun dan sistematis. Pembaca ibarat seorang detektif yang awalnya mereka-reka, sebenarnya ada masalah apa dengan tokoh-tokoh dalam cerita? Namun, setelah pertanyaan demi pertanyaan terungkap, seperti dahaga yang menemukan muara. Semua masalah yang diungkapkan, menemukan solusi yang bijak dan menentramkan hati. Banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari masing-masing masalah dalam cerita. Seperti sambil menyelam, minum air. Membaca novel ini selain untuk menghibur diri, juga dapat mengambil hikmah yang banyak dan berharga.
Bagaimana akhirnya seorang bekas cabo menemukan damai di hatinya. Bagaimana Daeng Andipati berhasil memaafkan seluruh kesalahan yang pernah dilakukan ayahnya di masa lalu. Bagaimana Allah mempertemukan Mbah Kakung dengan Mbah Putri kembali, bahkan sebelum Allah mempersatukan keduanya di akhirat. Juga bagimana seorang Gurutta mampu menumbuhkan keberanian di dalam hatinya. Sehingga ia tidak sedikitpun gentar dalam memimpin peperangan melawan penjajah di tanah air. Dan satu lagi, bagiamana cara Allah mempersatukan Ambo dengan gadis yang dicintainya. Dengan siapakah akhirnya Ambo bersanding? Kejutan apa yang telah Allah siapkan untuknya?
Tere Liye telah merampungkan akhir cerita dengan sempurna. Cerita yang  mengkisahkan tentang sebuah perjalanan penuh kerinduan. Berjuta orang pernah melakukannya. Dan besok lusa, berjuta orang lagi akan terus melakukannya. Menunaikan perintah agama sekaligus mencoba memahami kehidupan lewat cara terbaiknya. Dari semua kisah yang disajikan, pembaca dapat mengambil hikmah yang tak terbilang banyaknya. Pembaca dapat menikmati semua nasehat yang disampaikan oleh Gurutta pada seluruh tokoh dalam cerita.

Kekurangan Isi Novel
Namun bagai gading yang tak retak, tak ada karya manusia yang sempurna. Di bagian akhir cerita, ada ending yang terkesan terlalu dipaksakan. Seperti bagimana jasad Mbah Kakung akhirnya bersanding dengan jasad Mbah Putri di tengah lautan luas. Juga tentang ending cerita yang dialami Ambo, cenderung mudah di tebak. Pun kesalahan dalam penulisan kata, masih ditemukan pada beberapa tempat. Namun itu semua, hanya kerikil kecil saja. Karena kelebihan-kelebihan yang terkandung dalam isi novel ini lebih dominan, maka dengan mudah seluruh kelebihan itu mampu menutupi kekurangannya. Wallahu Ta’ala A’lam.
Untuk mendeskripsikan novel ini secara umum, cukup mudah saja. Rindu. Sebuah novel tentang kerinduan, yang disajikan dengan sangat mempesona.

Selamat membaca. ^_^


Kamis, 23 Oktober 2014


بسم الله الرحمن الرحيم

Time to write again,
after so long time I left you, my lovely blog. hehe..

Selasa, 19 Juni 2012

:: All about Boy ::


Pria n’ wanita pada saat yunani kuno di ceritakan sebagai mars n’ venus.
Sebenarnya Mars adalah sosok dewa Yunani kuno, sedangkan Venus adalah dewi Yunani kuno. Masing-masing adalah sosok yang bertolak belakang, dengan beberapa perbedaan yang mereka miliki masing-masing sebagai pria dan wanita.



Karena pria adalah makhluk yang berbeda dari Anda, untuk itu ketahui fakta berikut ini.

:: UAS di depan mata ::



Salah satu cara seorang pelajar untuk bahagiakan orang tua adalah memberikan prestasi terbaik dalam studi kita..
Ketika sudah tidak ada lagi support dr orang lain,
Qt masih bisa membangun motivasi itu dari dalam diri kita sendiri..


Let's motivate our selves..
n always remember that
our beloved mom..
our beloved dad..
n all of our family..


They always praying for our succeess..
that's the biggest motivation that we often forget..


Coz I love my parents, let's stop this laziness..
Ayo belajar, belajar n belajar..
Dg niatan yang baek, bahagiakan orang2 terkasih qt..
Nabda' Bil Basmalah..



Allah pasti memberi kemudahan, sesuai dengan usaha yg telah qt lakukan..'
bjuat teman2 seperjuangan..
Yuukk belajaaaaaaaaaarrr.. 
Walau malaz, harus qt lawan.. :)




:: L0vE is giviNg ::

What is Love???


Berbagi pendapat tentang apa itu cinta..


In my mind, love is just giving..
Give anything 
that will make u smile, 
make u happy..
Hearing what u heard..
Looking what usually u look..
Making what usually u make..
Searching, what usually u tell about..
Using what usually u use..
Doing what usually u do..
Find anything that u like..
Trying to follow your world..
Understanding your habit..
Knowing anything about u..


Do anything, only for one reason:
"To see your smile"




When I see your face
There's not a thing that I would change
Cause you're amazing
Just the way you are..

And when you smile 
The whole world stops and stares for awhile
Cause boy you're amazing
Just the way you are..



Jumat, 15 Juni 2012

:: Q sAmbuT paGi yAng CeRah ::

Pagi yang indaaaaaahh..
Kusambut mentari cerah..


Hmmmmm... pemilik lirik ini pasti tersenyum membacanya, hehe..
Pagi ini, dah Qlist semua apa aja yg akan Qlakukan seharian nie..
Mulai hal sepele dan segala tetek bengeknya, :p, sampe tugas yang butuh memeras tenaga.. hehe.. (lebhay dech, emagnya mau ngangkutin batu? :D)


Hmmmmmm... semoga semangat ini tetap membara hingga berakhirnya hari ini.. dan bersambung di hari berikutnya. Amiiiiiiiiiinn..
Nabda' Bil Basmalah.. "Bismillahirrohmaanirrohiiiiiim"..
Today will be a very nice day.. :)




Selasa, 12 Juni 2012

:: Kekerdilan cinta_Q::

Aku tak tahu apa yang kutangkap dalam film ini..
Mungkin tentang keikhlasan..
Cinta yang tak mengharap balasan..
Mengembalikan semua keputusan pada Tuhan..

Ia tidak pernah berharap akan berhasil memenangkan cintanya..
Yang ia lakukan hanyalah,
melakukan apa pun, untuk membuat orang yang dikasihinya bahagia..
Keteguhan hatinya tak pernah berhenti membuatnya selalu berkorban..
Semua hal rela ia lakukan..
-walau kekenyangan, ia terus saja makan
-walau tak sekuat sumo, tetap saja ia lawan
-walau sangat tak bisa dansa, tak pernah letih ia untuk latihan
-walau cemburu, ia mampu menahan
-walau tidur di loteng sangat tak nyaman, ia mampu bersabar